Minggu, 10 Juni 2012

Rahasia nikmatnya hidup


  • Yang paling membuat hidup kita tidak nyaman adalah kebingungan, ragu-ragu, dan ketidakjelasan, karena setiap yang meragukan membuat hidup kita tidak jelas. Dalam menjalani hidup ini, apabila belum mengenal peta hidup dengan jelas, maka menyebabkan hidup menjadi gamang, ragu, dan sangat melelahkan.Dalam menjalani hiduup ini, harus jelas tujuannya dan bagaimana dalam melangkahnya, siapa Tuhan kita, siapa kita, apa yang bahaya, dan apa yang menyelamatkan, akan ke mana kita,
  • Manusia diciptakan dan diurus oleh Allah SWT. Tugas kita di dunia ini adalah menjadi hamba Allah. Mematuhi apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi apa yang dilarang Allah. Perkara rejeki adalah mutlak dalam genggaman Allah. Kalau kita patuh kepada Allah dan yakin dengan kekuasaan Allah, Sang Pemberi rejeki pasti akan menjamin segala kebutuhan rejekinya.
Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. QS At-Thalaq : 2-3


  • Bila hidup ini tidak ada tantangan, tentu tidak akan menarik. Terlebih dahulu di-cast dengan ilmu, lalu kita amalkan dalam kehidupan, seperti bertarung dalam kehidupan nyata ini. Tapi kita harus benar-benar bisa mengukur diri kita. Misalnya, ketika terjadi pertemuan dengan kalangan tertentu, ternyata membuat keimanan kita turun, berarti pertemuannya tidak bagus untuk kita. Berarti iman kita belum cukup untuk bisa menandingi pengaruh negatif dari lingkungan itu. Maka untuk sementara waktu kita perlu berhijrah dari lingkungan tersebut, dalam rangka menguatkan diri. Sehingga pada waktunya, kita sudah siap untuk terjun ke kehidupan sesungguhnya, namun kita sudah berbekal dengan kemampuan yang lebih baik. Kita harus mendakwahi mereka, ketika kita sudah yakin dengan kekuatan diri kita. Di-cast bisa juga dengan cara berkumpul dengan orang-orang shaleh. Diamnya saja akan berpengaruh terhadap keyakinan kita.

  • Kita bekerja bukan hanya untuk mencari uang, tapi merupakan amal shaleh dalam menjemput rejeki atau nafkah kita. Yang dicari keberkahan dan ridho Allah SWT. Orang yang mencari ridho Allah tidak akan ragu kepada Allah SWT sebagai pembagi rejeki, pasti kita akan bertemu dengan rejek kita, sehingga tidak akan mau berbuat haram. Kalau seseorang tidak mencari ridho Allah, maka ia bisa menghalalkan berbagai cara.Dengan demikian, berbeda antara orang yang bekerja hanya untuk mencari uang, dengan orang yang bekerja untuk mencari ridho-Nya. Orang yang mencari ridho Allah, sama sekali tidak ada keraguan, yakin pasti bertemu dengan rejekinya. Sepanjang sesuai dengan perintah Allah, tidak perlu menghiba-hiba kepada manusia, karena manusia tidak dapat mendatangkan apa pun, tanpa ijin Pemilik Semesta Alam.
  • Kita bergaul dengan manusia, bukan untuk menuhankan, dan memelas kepada manusia. Kita bergaul dengan manusia karena Allah menyuruh kita bergaul dengan manusia dengan baik. Kita berbuat baik bukan untuk ingin dihargai. Orang menghargai, dan mengakui kebaikan kita atau tidak, bukan urusan kita. Urusan kita adalah bergaul dengan manusia dengan baik sesuai perintah-Nya. Tidak boeh takut kepada manusia. Diri kita milik Allah, tak akan jatuh sehelai rambut pun tanpa ijin pemilik-Nya. Tidak akan pernah mati, kecuali Allah yang mematikan.
  • Manusia bukan pemberi rejeki, manusia hanya makhluk sebagai jalan dari ketentuan Allah. Tugas kita jelas, menjemput rejeki kita dengan cara yang halal. Semua anak-anak kita ada rejekinya. Tugas orang tua mengantar anaknya mengenal siapa penciptanya, Lukmanul Hakim menjadi contoh bagaimana seorang hamba Allah, yang tidak menuhankan selain Allah. Beliau mendidik anak untuk mengenal-Nya, dengan itu akan berjumpa dengan rejekinya yang berkah. Dan akan berjumpa dengan rejeki dan takdir terbaik dalam kehidupannya. Setelah kita mati, warisan terbesar kita kepada anak-anak kita adalah keyakinan dan istiqamah taat kepada Allah.
  • Dunia ini hanya tempat mampir sebentar. Semua kita akan tinggalkan. Dunia tidak ada-apa nya. Dunia bukan untuk memperbudak kita, tapi dunia diciptakan untuk menjadi pelayan kita. Harta, pangkat, gelar, tidak ada apa-apanya. Orang-orang zalim dan ingkar diberi oleh Allah dunia ini. Kemuliaan bukan dengan pencapaian duniawi, tanda kemuliaan bukan dengan berharta atau berpangkat, melainkan dengan takwa.Takwa itu tandanya hatinya yakin, patuh kepada Allah, lahir batin. Ridho dengan semua takdir yang telah ditetapkan Allah. Allah tidak pernah zalim dalam menentukan takdir kita. Jelas hidup ini hanya mampir sebentar di dunia dan dunia tidak dibawa ke alam kubur.Siti hajar ketika ditinggalkan Nabi Ibrahim yang merupakan perintah Allah, ia pun mengikutinya. Lalu tatkala membutuhkan rejeki air untuk diri dan anaknya, beliau pun berlari-lari mencari air ke bukit shafa dan marwah. Namun airnya tidak muncul di bukit tersebut melainkan di sekitar ka’bah yang berjarak seratus meteran dari sana.
  • Maka tugas kita dalam hal ini adalah untuk menyempurnakan ikhtiar, bukan menentukan hasil. Jangan pernah risau dengan janji Allah. Sesungguhnya yang berbahaya bagi diri kita adalah keburukan dari diri kita sendiri. Orang lain hanya menjadi jalan.Sekarang masalah apa pun yang menimpa, jangan sibuk dengan orang yang menjadi jalan, melainkan sibuk dengan diri kita yang menjadi penyebabnya. Kebaikan kembali pada pembuatnya, begitu pula keburukan. Tidak ada yang merusak diri kita selain dari keburukan diri kita.Ketika kita menghadapi kesulitan, kita tidak bisa menyelesaikan dengan kemampuan kita, melainkan dengan pertolongan Allah. Bagaimana jalan keluarnya? Adalah dengan bertaubat.
Barangsiapa yang memperbanyak istighfar, Allah akan melegakkan hatinya, Allah akan memberi jalan keluar, dan rejeki pertolongan dari yang tidak terduga.
‘maka aku katakan kepada mereka: "Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai." (QS Nuh : 10-12)
  • Rejeki termahal dalam hidup ini adalah hati yang yakin, dan lahiriahnya patuh kepada Allah dengan istiqamah. Kesuksesan orang adalah yakin kepada Allah, tidak ada keraguan dalam hatinya. Tidak bersedih hati. Kunci yakin adalah hati yang bersih. Makin bersih dari kemusyrikan, kemunafikan, dan cinta duniawi, hati akan langsung merasakan keyakinan, hati peka, doa mustajab, akhlak mulia, dan auranya nyaman. Maka jangan ukur kesuksesan seseorang dengan duniawinya, melainkan lihatlah sejauh mana keyakinannya yang merupakan karunia Allah tidak ada bandingannya.

Ilmu Sukses Dunia Akhirat


“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat-menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran.”


Hidup Sukses

Jika surat al-‘Ashr ini diamati secara seksama, maka akan kita temui rumusan konsep hidup manusia sukses di dunia dan di akhirat. Pada surat ini tergambar tentang problem kehidupan manusia yang tidak mampu memanfaatkan waktu dan kesempatan dengan seefektif mungkin; begitu juga semua karya mereka tidak dilandasi oleh motifasi iman; sehingga kehidupan mereka diklaim oleh Allah SWT sebagai kehidupan yang merugi (Khusr).

Kerugian tersebut bisa berwujud dalam bentuk duniawi ataupun ukhrawi. Bentuk kerugian duniawi misalnya seseorang yang tidak dapat mempergunakan waktunya dengan baik, apalagi menyia-nyiakannya, maka kehidupan orang tersebut akan mengalami banyak kesulitan; dan akan tipislah tercapainya tujuan; atau besar kemungkinan cita-citanya gagal.

Begitu pula halnya orang yang terlalu memusatkan perhatiannya terhadap materi duniawi, sementara ia melupakan kehidupan ukhrawi, kehidupan seperti inipun akan mendapatkan kerugian besar. Pada prinsipnya sejumlah harta yang dikumpulkan itu tidak ada manfaatnya--jika tidak digunakan dalam hal-hal yang positif karena ketika seseorang meninggal dunia maka seluruh harta itu akan ditinggalkan dengan begitu saja.

Berdasarkan pertimbangan di atas, Allah SWT memberikan peringatan (tazkirah) yaitu diawalinya surat ini dalam bentuk qasam. Ia menggunakan muqsam bihnya dengan al-‘ashr; hal ini memberikan isyarat bahwa faktor waktu/kesempatan dan pemanfaatannya merupakan prasyarat penting yang akan mengantarkan manusia hidup sukses di dunia dan di akhirat. Allah SWT sangat sayang kepada hamba-Nya dengan memberikan jalan keluar dalam bentuk rumusan konsep hidup manusia sukses.

Unsur Hidup Sukses

Untuk terwujudnya hidup sukses menurut surat ini ada 4 unsur yang harus dipenuhi, dan kesemua unsur tersebut saling terkait, yaitu:

1. Iman yang mantap.

Persyaratan utama untuk mengarungi kehidupan di dunia ini adalah adanya pembekalan iman yang mantap yang bersumber dari hati sanubari yang suci. Iman dalam artian membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan merealisasikannya dalam bentuk perbuatan-perbuatan positif yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw yang tertuang di dalam Al-Qur'an dan sunnah Rasulullah.

Dengan bekal iman, seseorang hanya menyembah kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa; dan dengannya akan muncullah pada pribadi orang tersebut adanya rasa persamaan, rasa solidaritas sosial yang tinggi, dan rasa penghargaan atas hak-hak asasi manusia (HAM) sesamanya. Sebab, pada hakikatnya, manusia tidak ada yang lebih tinggi, dan atau tidak ada yeng lebih hina kecuali orang-orang yang dimuliakan oleh Allah yaitu orang-orang yang bertakwa. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. 49: 13 yang berbunyi:

“...Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu...”. (QS. Al-Hujurat/49: 13).

Di samping itu, iman merupakan dasar dan kunci serta barometer kehidupan; dari padanya terpencar segala aspek kebaikan. Oleh karena itu, Allah menyatakan di beberapa ayat Al-Qur'an tentang sesuatu perbuatan baru mempunyai nilai atau kwalitas, jika pelaksanaannya dilandasi oleh iman. Sebaliknya, jika perbuatan itu dilandasi oleh unsur kekufuran maka perbuatan tersebut tidak mempunyai nilai bagaikan abu yang ditiup angin keras (lihat QS. 14: 18) atau bagaikan fatamorgana

“Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan di dapatinya (ketetapan) Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya.” (QS. Al-Nur/24: 39).

2. Amal Saleh (Perbuatan atau karya nyata yang positif)

Amal saleh merupakan manisfestasi dari iman yang terpancar dari jiwa seseorang; atau dengan perkataan lain amal saleh merupakan buah dari iman. Imanlah yang mendinamisasikan perbuatan seseorang yang dimotifisir oleh semangat lillahi ta’ala. Di samping itu , iman berfungsi sebagai pengendali gerak perbuatan seseorang sesuai dengan aturan main yang ditetapkan oleh Allah SWT.

Sepanjang pengamatan penulis kata “amanu” sering berdampingan dengan kata “ ’amilu al-Shalihat”; hal ini memberikan isyarat bahwa iman tanpa disertai dengan amal, itu tidak akan bernilai apa-apa, dan sebaliknya, jika amal tanpa dilandasi oleh iman, maka amal tersebut tidak berdampak dan tidak bernilai di sisi Allah SWT.

Adapun jumlah ayat-ayat yang menjelaskan tentang iman dan amal dan selalu berdampingan di antara keduanya, berkisar sekitar 49 ayat, antara lain: (1). Al-Baqarah: 25, 82, 277; (2) Ali-Imran: 57. (3)Al-Nisa: 121, 172 (4) Al-Maidah: 10, 96; (5) Al-A’raf: 41; (6) Yunus: 4, 9; (7) Hud: 23; (8) Al-Ra’d: 21; (9) Ibrahim: 23; (10).
3. Saling Berwasiat dalam Kebenaran

Jika unsur yang pertama dan kedua terpencar dan dilaksanakan oleh masing-masing individu, maka unsur yang ketiga mengajarkan kepada setiap orang agar saling mengingatkan dan berpesan antar sesamanya dalam kebenaran. Saling isi-mengisi dan saling memberikan informasi dalam hal kebenaran itu tentunya disesuaikan dengan kondisi dan potensi yang ada pada masing-masing individu. Dengan cara ini akan terealisir rasa persatuan dan kesatuan serta semangat ukhuwah Islamiyah yang dilandasi oleh kebenaran.

Namun, proses untuk menuju jalan kebenaran itu tidaklah mudah, di sana banyak liku-liku yang mesti dilalui antara lain:

a. Kemampuan pengendalian diri dari masing-masing pihak bervariatif;

b. Kondisi lingkungan, terkadang kurang kondusif;
c. Adanya kesesatan dan kezaliman di masyarakat bersifat fluktuatif.

d. Pemerintah yang berkuasa terkadang adil dan kebanyakan zalim.
4. Saling berwasiat dalam kesabaran

Terwujudnya unsur kesatu, kedua dan ketiga sangat bergantung kepada kwalitas dan frekwensi ketabahan seseorang tersebut. Sebab, dalam kenyataannya banyak sekali ganjalan dan kendala menuju hidup sukses; baik yang berasal dari internal maupun yang datang dari eksternal. Apakah kendala itu berkait dengan masalah pribadi, atau berhubungan dengan problema masyarakat, bangsa dan negara; kesemuanya itu akan bisa dipecahkan jika dihadapi dengan penuh kesabaran dan ketabahan. Al-Qur'an telah menjelaskan secara umum bentuk-bentuk kendala dalam kehidupan. Misalnya: Firman Allah SWT QS. 2: 155, yang redaksinya: “Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”.

Di samping itu, Allah akan menyediakan balasan yang setimpal kepada orang yang sabar, misalnya firman Allah:

“Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera” (QS. Al-Insan/76: 12)

Menurut penelitian penulis, minimal ada 81 ayat yang mendorong orang untuk bersabar. Akan tetapi, sabar dan kesabaran itu bukan berarti pasif dan statis; akan tetapi, sabar itu diartikan sebagai upaya terakhir dari seseorang, setelah yang bersangkutan berusaha maksimal sesuai dengan potensi dan kemampuan yang tersedia; kemudian ia berani tampil untuk mengambil resiko sebagai langkah pertanggungjawabannya kepada Allah SWT.

Penutup

Nampaknya, surat Al-‘Ashr yang terdiri dari tiga ayat yang singkat dan padat ini memberikan gambaran secara umum konsepsi kehidupan manusia yang pada umumnya berada dalam kerugian. Namun, pada akhirnya Allah SWT memberikan pandangan tentang manusia yang sukses, yaitu orang yang beriman dan mengaktualisasikannya dalam bentuk amal nyata; serta saling berwasiat di antara sesamanya dengan kebenaran dan ketabahan. Konsep inilah yang akan menjamin manusia sukses dunia dan akhirat.

Semoga Allah SWT selalu memberi kemampuan kepada kita semua agar tetap berada pada jalur manusia sukses di masa-masa mendatang, amin. Barakallahu li wa lakum, wallâhu a’lam.

Sifat yang membawa malapetaka

  • Benci (kebencian)
Hidup ini jadi tegang dan gelisah. Kebencian dapat melahirkan dendam.
Dendam dapat melahirkan ketidaktenangan. Gelisah dan gundah gulana itu
juga akibat dari sebuah kebencian.
  • Serakah
Keserakahan menyebabkan hati kita tertutup. Hati yang tertutup tidak dapat
melihat kepentingan orang lain, tidak dapat merasakan penderitaan orang
lain. Yang dipikirkan hanya kepentingan, kesenangan dan keselamatan
dirinya sendiri.
  • Iri Hati
Orang yang iri hati selalu merasa tidak senang, jika orang lain senang. Ia
tidak merasa bahagia kalau orang lain bahagia. Ia merasa kecil hati melihat
orang lain sukses. Orang yang iri hati itu hatinya kerdil, karena ia tidak mau
menerima kenyataan dengan lapang dada atau mengakui kesuksesan orang
lain, kegembiraan orang lain, kebahagiaan orang lain. Orang iri hati cepat
sekali untuk memfitnah orang, menggunjing atau menjelekkan orang lain
yang sukses.
  • Fitnah
Selama kita benar, jangan takut terhadap fitnah. Kalau kita tak berbuat yang
neko-neko, kita merasa benar, tak perlu memikirkan fitnah itu. Biarkan saja,
diamkan saja dan hadapi dengan kesabaran.
  • Bodoh (kebodohan)
Bilamana kita sedang marah, sedang membenci, sedang iri hati, sedang
serakah, pada saat itu kita dalam keadaan bodoh, yang artinya tidak punya
kemampuan untuk mengendalikan diri/lepas kontrol. Saat itu pikiran kita jadi
gelap, tidak sadar, tidak bijaksana, kita jadi bodoh (tidak seperti biasanya,
cerdas, bijaksana). Karena bodoh, ada kemungkinan kita memukul atau
membunuh tanpa kesadaran. Melakukan hal-hal membahayakan untuk diri
sendiri dan orang lain, dan kita pun menderita lahir batin. Kita baru sadar,
setelah itu semua terjadi. Kesadaran yang datangnya terlambat.

Ilmu Keseimbangan



Apa saja yang ada di dunia ini relatif. Di bumi ini selalu ada dualisme, seperti
padhang-peteng; seneng-sengsara; sehat-sakit; hujan-panas dan lain
sebagainya. Demikianlah yang namanya kehidupan. Peteng terus itu tidak
ada. Padhang terus juga tidak ada. Seneng terus itu juga tidak ada.
Sengsara terus itupun tidak ada. Oleh karena itu, yang bertentangan itu
dibutuhkan dalam kehidupan ini. Dengan adanya panjang, kita tahu pendek;
dengan adanya sakit, kita bisa merasakan sehat. Dengan mengetahui baik,
maka kita tahu apa itu buruk.
Hujan dan panas, keduanya dibutuhkan dalam kehidupan ini. Kalau orang
tidak mau peteng dan selalu ingin yang padhang saja, apa jadinya dunia ini?
Kapan kita istirahat, kapan kita tidur? Kalau peteng terus, apa saja yang
semula tumbuh pasti mati. Sebab tidak terkena sinarnya matahari. Kalau
panas terus, bumi ini akan kering kerontang, kematian akan tersebar di
muka bumi. Kalau hujan terus, pasti terjadi banjir di mana-mana. Daratan
akan tenggelam, kelaparan melanda dunia disertai kematian umat manusia.
Dimana-mana yang ada cuma air! Apa jadinya bumi ini?
Senang dan sengsara harus diterima seperti apa adanya, karena keduaduanya
membawa manfaat dan didalamnya ada hikmah yang tersembunyi.
Janganlah kita terikat atau terbelenggu oleh senang dan susah. Jika
kesengsaraan datang, terimalah. Jika kesenangan datang, sambutlah.
Mengapa? Supaya hidup ini dapat dijalani dengan tenang.
Di manapun anda temukan kegelapan, maka terangilah. Di manapun anda
temukan kesengsaraan, maka berilah kesenangan. Janganlah berhenti
melakukan tugas itu, karena berjuta-juta yang membutuhkan cahaya terang
dan sinar kebahagiaan.